suwitto weblog

....berkryalah karna sesungguhnya umat menunggu karya besarmu... ...semangat untuk berubah haruslah bisa dibarengi dengan kemauan yang kuat....

Selasa, 02 November 2010

JURNAL MANAJEMEN KEPERAWATAN
AKSES MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN KEPERAWATAN YANG BERKUALITAS





S U W I T T O
70300107081



Dosen Pembimbing:
Ns. NURHIDAYAH, S.Kep.,M.Kes

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN
MAKASSAR
2010
AKSES MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN KEPERAWATAN YANG BERKUALITAS

S U W I T T O
Manajemen Keperawatan
Jurusan S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

ABSTRAK

Indonesia telah mengalami kemajuan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan-perdesaan masih cukup tinggi. Angka kematian bayi dan angka kematian balita pada golongan termiskin hampir empat kali lebih tinggi dari golongan terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi di daerah perdesaan, di kawasan timur Indonesia, serta pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Faktor utama penyebab tingginya angka kematian bayi di Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat terjangkau dan sederhana. Oleh karena itu kinerja pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk.

Peningkatan Akses mutu dan Kualitas Pelayanan Kesehatan harus menjadi titik perhatian pemerintah dalam membuat kebijakan. Serta meningkatkan efisiensi & efektifitas dan menata alokasi serta utilisasi anggaran kesehatan dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang terjangkau, adil dan merata. Karena itu, akses dan mutu pelayanan kesehatan tetap menjadi tantangan utama pembangunan kesehatan Indonesia. Apalagi, kini sumber-sumber anggaran pembangunan yang masih terbatas sehingga jajaran kesehatan harus lebih cermat menata alokasi anggarannya demi tersedianya anggaran secara proporsional untuk kegiatan-kegiatan prioritas.

Kata kunci: kualitas, mutu, akses, kesehatan, pelayanan

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang antara lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010.

Rumah Sakit dan puskesmas misalnya, dia menjadi ujung tombak pembangunan dan pelayanan kesehatan masyarakat, namun tidak semua rumah sakit atau puskesmas yang ada di Indonesia memiliki standar pelayanan dan kualitas yang sama. Semakin banyaknya rumah sakit dan puskesmas di Indonesia serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, rumah sakit dan puskesmas harus berupaya survive di tengah persaingan yang semakin ketat sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Hal itu menjadi salah satu dasar rumah sakit atau puskesmasuntuk memberikan pelayanan prima pada setiap jenis pelayanan yang diberikan baik untuk pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap maupun pelayanan gawat darurat. Pelayanan prima pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Dalam usaha memberikan pelayanan yang prima ini, ditinjau dari aspek praktis, pelayanan prima memiliki beberapa kriteria yaitu masalah kesederhanaan pelayanan, kejelasan dan kepastian pelayanan, bagaimana keamanan dan kenyamanan yang diberikan oleh rumah sakit, dan bagaimana rumah sakit atau puskesmsas ini memberikan informasi kepada pasien.

Dengan begitu kompleknya masalah kehidupan sekarang ini, menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu perusahaan jasa kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas diharapkan mampu untuk selalu konsisten pada perannya, terutama kuantitas dan kualitas pelayanan dalam upaya memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

Terciptanya kualitas layanan tentunya akan menciptakan kepuasan terhadap pengguna layanan. Kualitas layanan ini pada akhirnya dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya terjalinnya hubungan yang harmonis antara penyedia barang dan jasa dengan pelanggan,memberikan dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mounth) yang menguntungkan bagi penyedia jasa tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari kenyataan latar belakang di atas pelayanan kesehatan harus bisa di jangakau oleh seluruh lapisan masyarakat, disini juga bisa dilihat bagaimana peran langsung dari pemberi dan tempat pemberi pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas hingga rumah sakit untuk memberikan mutu pelayanan kesehatan yang prima disetiap unit pelayanan demi tercapainya pelayanan kesehatan yang baik. Serta kita dapat melihat bagaimana pemberi pelayanan kesehatan dapat memberikan informasi dan menciptakan mutu pelayanan kesehatan keperawatan yang berkualitas demi memberikan kepuasan kepada pengguna pelayanan kesehatan keperawatan.

C. Tujuan Penyusunan
Tujuan dari penyusunan jurnal ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran pemberi pelayanan kesehatan dalam memberikan mutu pelayanan kesehatan keperawatan yang baik dam berkualitas, serta untuk mengetahui bagaimana pentingnya memberikan mutu pelayanan kesehatan keperawatan yang berkualitas untuk kepuasan pasien sebagai pengguna pealayanan kesehatan


D. Manfaat Penyusunan
Penyusunan jurnal ini sangat bermanfaat bagi penyusun dalam mengembangkan kemanpuannya sebagai batu loncatan dalam dunia profesinya untuk menerapakan teori kedalam dunia praktek yang sebenarnya, khususnya sebagai peran perawat peneliti. Serta memberikan sumbangan pemikiran atau bahan masukan bagi instansi penyedia layanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan guna memenuhi kepuasan pasien. Hasil dari penyusunan ini juga dapat di gunakan sebagai bahan referensi bagi penbaca kajian ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dalam pengembangan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Akses Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat
Pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) semester pertama tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan , Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan tetap menjadi tema Rakerkesnas dengan sub tema meningkatkan efisiensi & efektifitas dan menata alokasi serta utilisasi anggaran kesehatan dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang terjangkau, adil dan merata. Tema ini dipilih mengingat akses dan mutu pelayanan kesehatan tetap menjadi tantangan utama pembangunan kesehatan Indonesia. Apalagi, kini sumber-sumber anggaran pembangunan yang masih terbatas sehingga jajaran kesehatan harus lebih cermat menata alokasi anggarannya demi tersedianya anggaran secara proporsional untuk kegiatan-kegiatan prioritas.

Sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2009 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang antara lain tercermin dari indikator dampak (impact) yaitu:
1. Meningkatnya umur harapan hidup dari 66,2 tahun menjadi 70,6 tahun;
2. Menurunnya angka kematian bayi dari 35 menjadi 26 per 1.000 kelahiran hidup;
3. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 307 menjadi 226 per 100.000 kelahiran hidup; dan
4. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 25,8 persen menjadi 20,0 persen.

Untuk mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan kesehatan terutama diarahkan pada : (1) Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas puskesmas; (2) Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan; (3) Pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi penduduk miskin; (4) Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat; (5) Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini; dan (6) Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar. Pembangunan kesehatan memprioritaskan upaya promotif dan preventif yang dipadukan secara seimbang dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Perhatian khusus diberikan kepada pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin, daerah tertinggal dan daerah bencana, dengan memperhatikan kesetaraan gender.

Azrul Azwar (1996) mendefinisikan bahwa pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok,dan ataupun masyarakat.

B. Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu secara umum dapat dikaitkan dengan suatu derajat keberhasilan atau penampilan yang patut mendapat pujian, sesuatu yang exelent, suatu derajat kesempurnaan hasil jauh melampau dari tingkat rata-rata. Mutu juga sangat subjektif, tergantung pada persepsi, sistim nilai social budaya, pendidikan, ekonomi, dan banyak factor lagi pada masyarakat atau pribadi yang terkait dengan jasa pelayanannya tersebut. Oleh karena adanya aspek dan factor yang terkait dan berperan dalam menentukan mutu asuhan yang abstrak dan subjektif sehingga membuat orang sulit untuk menbuat definisi yang tepat tentang mutu.


Menurut Joint Commission On Acreditation Healthcare Organization (JCAHO) (1993), mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor-faktor yang tidak diinginkan. Definisi tersebut semula melahirkan 12 faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan, belakangan dikonversi menjadi dimensi 'mutu kinerja' (performance) yang dituangkan dengan spesifikasi seperti dibawah ini :
a. Kelayakan  adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang dilakukan relevan terhadap kebutuhan klinis pasen dan memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan keadaannya.
b. Kesiapan  adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau tindakan yang layak dapat memenuhi kebutuhan pasien sesuai keperluannya.
c. Kesinambungan  adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan bagi pasen terkoordinasi dengan baik setiap saat, diantara tim kesehatan dalam organisasi .
d. Efektifitas  adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan terhadap pasen dilakukan dengan benar, serta mendapat penjelasan dan pengetahuan sesuai dengan keadaannya, dalam rangka memenuhi harapan pasen.
e. Kemanjuran  adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang diterima pasen dapat diwujudkan atau ditunjukkan untuk menyempurnakan hasil sesuai harapan pasen.
f. Efisiensi  adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasen terhadap sumber-sumber yang dipergunakan dalam memberikan layanan bagi pasen..
g. Penghormatan dan perhatian  adalah tingkat dimana pasen dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pasen serta harapan-harapannya dihargai.
h. Keamanan  adalah tingkat dimana bahaya lingkungan perawatan diminimalisasi untuk melindungi pasen dan orang lain, termasuk petugas kesehatan.
i. Ketepatan waktu  adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan diberikan kepada pasien tepat waktu sangat penting dan bermanfaat.

Berbicara mengenai budaya mutu, kiranya perlu ditekankan bahwa setiap rumah sakit dapat menjadi rumah sakit yang berkualitas, bahkan dapat menjadi rumah sakit yang berkaliber dunia. Untuk menjadi rumah sakit yang berkualitas tidaklah merupakan suatu pengecualian atau hanya merupakan suatu alternatif saja. Menjadi rumah sakit yang berkualitas janganlah dikaitkan dengan besar atau kecilnya organisasi dan kapasitas rumah sakit, besarnya sisa hasil usaha ataupun kecanggihan dari peralatan teknologi yang disediakan oleh rumah sakit; tetapi harus dikaitkan dengan pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan dan produktifitas rumah sakit secara kontinu. Untuk mencapai hal tersebut upaya peningkatan kualitas/mutu pelayanan dari rumah sakit harus merupakan bagian integral dari manajemen rumah sakit, hal ini menentukan kelangsungan hidup(survival) dari rumah sakit itu sendiri.

Menurut Milton I Roemer dan C Montoya Aguiler, WHO (1988) Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi

1. Arti Mutu Pelayanan Kesehatan Dari Beberapa Sudut Pandang
a. Pengertian mutu untuk pasien dan masyarakat
Mutu pelayanan merupakan suatu empati, respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung. Kepuasaan pasien adalah suatu kenyataan, tetapi sering diabaikan sebagai indikator mutu. Kepuasaan pasien sering dipandang sebagai : Suatu komponen yang penting dalam pelayanan kesehatan.
• Berkaitan dengan kesembuhan dari sakit atau luka. Hal ini lebih berkaitan dengan konsekuenssi daripada sifat pelayanan kesehatan itu sendiri
• Berkaitan pula dengan sasaran dan outcome dari pelayanan
• Dalam penilaian mutu dihubungkan dengan ketetapan pasien terhadap mutu atau kebagusan pelayanan
• Pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan, karena ia memberikan informasi terhadap suksesnya provider bertemu dengan nilai dan harapan klien dimana klien adalah mempunyai wewenang sendiri.
b. Untuk petugas kesehatan
Mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala sesuatu secara profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik(state of the art). Kepuasaan praktisioner adalah sebagai suatu ketetapan “kebagusan” terhadap penyediaan dan keadaan dari pekerjaan praktisioner, untuk pelayanan oleh kolega-kolega atau dirinya sendiri.
c. Untuk manajer atau administrator
Bagi yayasan atau pmilik rumah sakit, mutu dapat berarti memiliki tenaga profesional yang bermutu dan cukup.

2. Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan senantiasa dituntut peningkatannya baik oleh konsumen kesehatan (health consumers), oleh pemberi pelayanan kesehatan (health providers) dan oleh pihak lain, misalnya pihak yang membiayai pelayanan kesehatan (payers). Konsumen senantiasa mengharapkan peningkatan mutu pelayanan seperti kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, kecepatan dan ketepatan pelayanan, serta biaya yang terjangkau. Tuntutan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan di bidang komunikasi dan informasi; meningkatnya tingkat pendidikan dan pendapatan, serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

Pengenbangan pelayanan kesehatan disebuah Negara ditentukan oleh tiga kelompok utama yaitu lembaga penyedia jasa pelayanan (health provider), masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan (health consumer) dan pihak lembaga/perusahaan asuransi (health financing atau insurance company). Ketiga stake holders tersebut, dibidang pelayanan kesehatan mempunyai perbedaan pandangan yang cukup prinsipil tentang mutu pelayanan, tetapi ketiga stake holder dapat berjalan saling menguntungkan dan mutu pelayanan dapat terus dipertahankan untuk melindungi kepentingansebagai konsumen pemakai jasa pelayanan.

Tiap saat masalah layanan kesehatan didiskusikan. Tiga konsep selalu muncul, konsep tersebut adalah akses, biaya dan mutu. Tentu saja akses mencakup akses fisik, keuangan, dan mental atau intelektual perawatan layanan kesehatan yang tersedia. Masalah keterjangkauan dan efiseinsi juga merupakan hal yang penting. Namun layanan kesehatan yang disediakan dalam suatu institusi kesehatan harus memiliki karakteristik tertentu, karakteristik itu harus mencakup elemen dan karakteristik mutu. Elemen kepuasan konsumen merupakan hal yang penting, jika konsumen (si pasien) tidak puas dengan layanan yang diberikan, maka dia tidak akan mencari atau menerimanya, walaupun layaanan tersebut tersedia, mudah didapat dan mudah dijangkau. Oleh karena itu, mutu layanan yang ditawarkan merupakan hal penting dalam layaanan kesehatan.

Salah satu alasan yang mendasar mengenai menagapa mutu dibutuhkan adalah untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen, baik eksternal maupun internal. Tentu saja pasien merupakan merupakan satu eksternal penting yang memiliki kebutuhan dan harapan-harapan tertentu. Pada dasarnya metode pencapaian mutu merupakan suatu proses komunikasi yang efektif antara penyedia layanan dan konsumen atau peneriam layanan keperawtan.

Untuk melakukan berbagai upaya peningkatan mutu, kita perlu menghayati dan mengkaji beberapa hal yang melandasi tujuan pembangunan yaitu :
a. Pertama faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan yaitu genetik, sarana pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat dan lingkungan.
b. Kedua visi Indonesia Sehat 2010 yang diikuti dengan misi dan strategi yang meliputi paradigma sehat, profesionalisme, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) serta desentralisasi.
c. Ketiga organisasi di mana kita berada yaitu organisasi pelayanan kesehatan yang merupakan "organisasi Nir-Laba" (Notfor Profit Organization).
Ketiganya memerlukan data dan informasi yang akurat sehingga keberhasilan pencapaian tujuan secara bertahap dapat dinilai dengan indikator yang terukur pula.

C. Kualitas Pelayanan Kesehatan
Menurut Hope dan Muhlemann (1997) Kualitas pelayanan merupakan salah satu unsur penting dalam organisasi jasa.Hal ini disebabkan oleh kualitas pelayanan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja organisasi jasa.

Oleh karena itu, kualitas pelayanan harus mendapat perhatian yang serius dari manajemen organisasi jasa. Untuk menetapkan kualitas pelayanan yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi jasa, terlebih dahulu organisasi tersebut harus mempunyai tujuan yang jelas.

Menurut Tjiptono (2000) Rumah sakit merupakan usaha pelayanan jasa kesehatan yang salah satunya berdasar pada azas kepercayaan sehingga masalah kualitas pelayanan,kepuasan Pasien dan Loyalitas Pasien menjadi faktor yang sangat menentukankeberhasilannya. Kualitas pelayanan akan dihasilkan oleh operasi yang dilakukandan keberhasilan proses operasi ini ditentukan oleh beberapa faktor antara lain; faktor karyawan, sistem, teknologi dan keterlibatan pelanggan yang diharapkanmemberikan kontribusi terhadap kualitas pelayanan yang tercipta

Parasuraman, Zeithami & Barry,1990 (dalam Parasuraman et al,1994) mengatakan bahwa kualitas layanan merupakan strategi yang mendasar dalam upaya perusahaan meraih sukses dan berkelanjutan dalam lingkungan persaingan bisnis yang ketat. Permasalahan berikutnya adalah, focus utama para akademisi maupun manajer dalam menentukan apa definisi strategis kualitas pelayanan bagi pelanggan danbagimana mengembangkan strategi tersebut untuk memenuhi harapan pelanggan.
Mendapatkan perawatan kesehatan yang berkualitas dapat membantu anda tetap sehat dan pulih lebih cepat saat Anda sedang sakit. Banyak orang yang menerima perawatan yang mereka butuhkan tidak mendapatkan perawatan yang berkualitas tinggi. Sebuah studi tahun 2004 dari 12 besar masyarakat AS menemukan bahwa lebih dari setengah (54,9 persen) dari orang menerima perawatan yang mereka butuhkan. satu hal penting yang dapat Anda lakukan untuk memastikan Anda mendapatkan perawatan tinggi kesehatan yang berkualitas adalah untuk menemukan dan menggunakan informasi kesehatan dan mengambil peran aktif dalam membuat keputusan mengenai perawatan Anda.

Menurut Wijono (2000), kualitas dalam pelayanan kesehatan bukan hanya di tinajau dari aspek sudut pandang teknis medis yang berhubungan langsung antara pelayanan medis dengan pasien saja tetapi juga system pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan petugas kesehatan lainnya. Pohan (2003) juga mengatakan bahwa pelayanan kesehatan yang berkualitas adalah suatu pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dalam hal ini akan di tentukan oleh profesi pelayanan kesehatan dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien atau konsumen ataupun masyarakat dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Azrul Azwar (1994:21) menyatakan bahwa kualitas pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

Terciptanya kualitas layanan tentunya akan menciptakan kepuasan terhadap pengguna layanan. Kualitas layanan ini pada akhirnya dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya terjalinnya hubungan yang harmonis antara penyedia barang dan jasa dengan pelanggan, memberikan dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas pelanggan dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mounth) yang menguntungkan bagi penyedia jasa tersebut.

D. Perbaikan Kualitas Kesehatan Yang Kontinu
Perbaikan kualitas yang kontinu (Continuous Quality Improvement-CQI) telah diidentifikasi sebagai mekanisme yang lebih efektif untuk menigkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Pada tahun 1990 standar JCAHO yang direvisi mendapatkan mandate bahwa organisasi keperawatan kesehatan beralih kearah implementasi perbaiakan kualitas yang kontinu. CQI memfokuskan pada pada proses yang digunakan untuk memberikan perawatan, dengan tujuan meningkatkan kualitas dengan mengkaji dan memperbaiki proses-proses yang saling berhubungan antara departemen dan professional pelayanan kesehatan yang berbeda yang saling mempengaruhi hasil perawtan pasien dan kepuasan pasien.

Ada empat hal yang perlu di perhatikan dalam pendekatan untuk mencapai pelayanan prima melalui peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang berkualitas yaitu:
1. Pelanggan/pasien dan harapannya
Harapan pelanggang/pasien mendorong mendorong upaya peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. Organisasi pelayanan kesehatan mempunyai pelanggan atau pasien yang potensial. Harapan mereka harus diidentifikasi dan diprioritaskan lalu membuat kriteria untuk menialai kesuksesan
2. Perbaiakan kinerja
Biala harapan pelanggan/pasien telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan melaksanakan kinerja staf dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan dan pemberian reward.
3. Proses perbaikan
Sering kali kinerja disalahkan karena masalah pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan/pasien pada saar prose situ sendiri tiddak di rancang dengan baik untuuk mendukung pelayanan kesehatan.
4. Budaya yang mendukung perbaiakan terus menerus
Untuk mencapai pelayanan yang prima diperlukan organisasi yang tertib. Itulah sebabnya perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga dapt mendukung peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan. Untuk dapat melakukannya harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan yang terus menerus.

Penelitian telah menunjukkan bahwa tindakan berbasis ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk menilai kualitas untuk berbagai kondisi dan untuk tipe perawatan tertentu.
Sebagai contoh, perawatan kesehatan yang berkualitas adalah:
a. Melakukan hal yang benar (mendapatkan layanan perawatan kesehatan yang Anda perlu.
b. Pada waktu yang tepat (bila Anda membutuhkannya).
c. Dalam cara yang benar (dengan menggunakan uji yang sesuai atau prosedur).
d. Untuk mencapai hasil yang terbaik.
e. Memberikan pelayanan kesehatan berkualitas juga berarti mencolok keseimbangan hak.











PEMBAHASAN
Pelayanan kesehatan yang dikembangkan disuatu wilayan harus dijaga arahnya agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Rumah Sakit dan puskesmas merupakan ujung tombak pembangunan dan pelayanan kesehatan masyarakat, namun tidak semua rumah sakit atau puskesmas yang ada di Indonesia memiliki standar pelayanan dan kualitas yang sama. Semakin banyaknya rumah sakit dan puskesmas di Indonesia serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, rumah sakit dan puskesmas harus berupaya survive di tengah persaingan yang semakin ketat sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut. Hal itu menjadi salah satu dasar rumah sakit atau puskesmasuntuk memberikan pelayanan prima pada setiap jenis pelayanan yang diberikan baik untuk pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap maupun pelayanan gawat darurat. Pelayanan prima pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien.

Mutu pelayanan kesehatan senantiasa dituntut peningkatannya baik oleh konsumen kesehatan (health consumers), oleh pemberi pelayanan kesehatan (health providers) dan oleh pihak lain, misalnya pihak yang membiayai pelayanan kesehatan (payers). Konsumen senantiasa mengharapkan peningkatan mutu pelayanan seperti kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, kecepatan dan ketepatan pelayanan, serta biaya yang terjangkau.

Budaya mutu juga harus memberikan tanggung jawab yang terfokus bagi manajemen rumah sakit, pengurangan biaya, peningkatan di bidang produktifitas dan kerjasama kelompok, mempermudah pemecahan masalah dan pengambilan keputusan, serta diperoleh dinamisasi organisasi dan ketrampilan perorangan. Kesemua tanggung jawab ini memiliki sinergi dan arti, apabila dikaitkan dengan tujuan organisasi rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan pada pasien.

Untuk dapat menentukan kebijakan pelayanan yang tepat, khususnya dalam pelayanan kepada pasien, diperlukan kajian tentang dimensi kualitas pelayanan kepada pasien di setiap tempat pelayanan kesehatan. Sehingga kebijakan pelayanan kesehatan ini nantinya akan digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu tanpa adanya diskriminasi terutama bagi keluarga miskin. Sebagaimana kita ketahui sendiri, bahwa dilapangan sering kita mendengar keinginan keluarga miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan murah saat ini masih sulit untuk diperoleh. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah masih belum maksimal dan masih belum memihak kepada mereka yang dari keluarga miskin. Ini juga dapat kita lihat masih banyaknya penggunan jasa pelayanan kesehan yang datang ke rumah sakit masih mengeluhkan tentang system pelayanan di rumah sakit.

Azis Slamet Wiyono dan M.Wahyuddin (2005) dalam penelitiannya yang menguji tentang pengaruh kualitas pelayanan medis, paramedis, dan penunjang medis terhadap kepuasan konsumen di Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan medis, paramedic/perawat, dan penunjang medis terhadap kepuasan konsumendi Rumah Sakit Islam Manisrenggo Klaten. Hasilnya menunjukkan bahwa pelayanan medis memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan tingkat signifikansi 7 %. Variabel kualitas pelayanan paramedic/perawat memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan tingkat signifikansi 8,8 %. Variabel kualitas pelayanan penunjang medis memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen dengan tingkat signifikansi 8,9 %.

Dari hasil penelitian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa pelayanan paramedic/perawat dan pelayanan penunjang medis sangat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien dalam menerima pelayanan kesehatan. Karena perawat adalah ujung tombak dari sebuah sisrem pelayanan kesehatan yang ada dirumah sakit. Oleh karena itu, keterampilan dan sikap pemberi pelayanan kesehatan sangat bisa membantu dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Hal ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Azrul Azwar (1989) dimana peranan dan keterampilan serta sikap sangat penting sekali bagi petugas kesehatan, karena baiknya sikap dan keterampilan petugas dalam melakukan kerja, akan berdampak memberikan kepuasan terhadap pasien yang dilayani yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Wijono (2000), juga telah memberikan gambaran kepada kita bahwa kualitas dalam pelayanan kesehatan bukan hanya di tinajau dari aspek sudut pandang teknis medis yang berhubungan langsung antara pelayanan medis dengan pasien saja tetapi juga system pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan petugas kesehatan lainnya.

Oleh karena itu, Standar Pelayanan Minimum (SPM) perlu lebih dimanfaatkan sebagai alat untuk menjamin akses dan mutu pelayanan kesehatan secara merata, dengan menjadi alat penilai kemampuan daerah dalam menyediakan pelayanan kesehatan, termasuk pembiayaan dan sumber daya daerah lainnya.

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan di atas maka penyusun dapat mengambil kesimpulan bahwa:
• Mutu pelayanan kesehatan senantiasa dituntut peningkatannya baik oleh konsumen kesehatan (health consumers), oleh pemberi pelayanan kesehatan (health providers) dan oleh pihak lain, misalnya pihak yang membiayai pelayanan kesehatan (payers).
• Terciptanya kualitas pelayanan kesehatan tentunya akan menciptakan kepuasan terhadap pasien sebagai pengguna pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehtan ini pada akhirnya dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya terjalinnya hubungan yang harmonis antara penyedia layanan kesehatan dengan pelanggan (pasien), serta memberikan dasar yang baik bagi terciptanya loyalitas pelanggan (pasien)
• Peranan dan keterampilan serta sikap sangat penting sekali bagi petugas kesehatan, karena baiknya sikap dan keterampilan petugas dalam melakukan kerja, akan berdampak memberikan kepuasan terhadap pasien yang dilayani yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.



SARAN

• Menjadi rumah sakit yang berkualitas janganlah dikaitkan dengan besar atau kecilnya organisasi dan kapasitas rumah sakit, besarnya sisa hasil usaha ataupun kecanggihan dari peralatan teknologi yang disediakan oleh rumah sakit; tetapi harus dikaitkan dengan pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan dan produktifitas rumah sakit secara kontinu. Untuk mencapai hal tersebut upaya peningkatan kualitas/mutu pelayanan dari rumah sakit harus merupakan bagian integral dari manajemen rumah sakit, hal ini menentukan kelangsungan hidup dari rumah sakit itu sendiri
• Untuk meningkatkan mutu dan kualitas layanan agar lebih mempertahankan tingkat layanan yang memuaskan, pihak pemberi pelayanan kesehatan tetap mempertahankan sikap dan kepercayaannya terhadap kliennya, daya tanggap petugas dala melayani pasien
• Jurnal ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengadakn tindakan koreksi terhadap pelayanan yang belum memberikan kepuasan maksimal terhadap pelanggan.

















DAFTAR PUSTAKA

Al-Assaf, A.F.._. Mutu Pelayanan Kesehatan:Perspektif Internasional. Jakarta: EGC
Anonym. 2003. Materi Pelatihan Manejerial PSMK. WHO_
Brunner dan Suddarth. 2001, Buku Ajarkeperawatan Medical-Bedah vol.1, Edisi 8, Jakarta: EGC
Djuhaeni, Henni .1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan”Pelatihan Manajemen Pelayanan Dan Teknis Medis RSB, RB dan BPS Wilayah V PrianganTasikmalaya, 3 Juli 1999.http://www.irckesehatan.net/upload/mutu%20pelayanan.pdf.

Haryani, Catur. 2003. Analisis Persepsi Mutu Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien d Ruang Rawat Inap RSUD Langsa Tahun 2003. http://www.pdf.kq5.org/search/jurnal%2Bkualitas%2Bpelayanan%2Bkesehatan

http//ruhyana.wordpres.con/rakerkesnas-bicarkan-dan-mutu-pelayanan-kesehatan/2007.html.
Dipublikasikan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan.

http://www.ahrg.gov/guidetoq/guidetohealtcarequality.pdf.
http://www.wichpoint.org./whatqualityhealthcare.aspx.
Moeis, Emmyr F.1994.Budaya Mutu Sebagai Bagian Integral Manajemen Rumah Sakit.., Edisi Khusus No. 91, Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran

Muninjaya, Gde.2004. Manajemen Kesehatan. Edisi 2, Jakarta:EGC.
Nurcaya, I Nyoman.2007. Analisis Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Di Provinsi Bali. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.
http://www.findtoyou.com/ebook/pengukuran+kualitas+pelayanan+kesehatan.pdf

Puspita, Ika.2009. Hubungan Persepsi Pasien Tentang Kualitas Pelayanan Dengan Citra RSUD Kab. Aceh Tamiang. Universitas Sumatra Utara. http://www.pdf.kq5.org/search/jurnal%2Bkualitas%2Bpelayanan%2Bkesehatan

Presiden RI._ Bab 28 peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan_
Rahmulyono, Anjar. 2008.Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Puskesmas Depok I di Sleman. Universitas Islam Indonesia Fakultas Ekonomi Yogyakarta. http://skripsi.uii.ac.id/2009/07/25/pengaruh-kualitas-pelayanan-kesehatan-terhadap-kepuasan-masyarakat-2/.

Retnowati, Dinik.2008. Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas bringin Kabupaten Semarang(Analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat). Universitas Diponegoro Semarang. http://www.eprints.undip.ac.id/13683/1/jurnalD2A000420_dinik_retnowati.pdf.

Satrianegara, dkk. 2009. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.

Situmorang, Mariani ( 1994). Peranan Perawat Dalam Efisiensi Penggunaan Sumberdaya.., Edisi Khusus No. 91, Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran

Wahdi, Nirsetyo.2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien Sebagai Upaya Meningkatkan Loyalitas Pasien. Universitas Dipanegoro Semarang . http://www.eprints.undip.ac.id/13683/1/jurnalE5eA000430/jurnalnirsetyo_wahdi.pdf

Sabtu, 02 Januari 2010


lihat sapa tchu yang paling narsisss....ga adaji tawwa...mau pade terbang yaaaa terutama tuh yang bawa tas.......



ini dia semua sukanya ngumpul di depan wc anehnya lagi wah mereka makan bareng disini..... seru juga ya ngumpul dalam suasana dwingin kali..

Senin, 15 Juni 2009

rahasia alam

air adalah sumber segala kehidupan di dunia ini sebagaimana Allah mengatakannya dalm alquran " dan kami jdkan air itu untuk segala sesuatu yang hidp"
tidak kah kita perhatikan lebah dia hidup di masyarakatnya dengan penuh kedamaian dan masyraktnya taan kepada aturan pemerintahnya

Senin, 25 Mei 2009

PANKREAS DAN DIABETES MELITUS

Pankreas adalah sebuah organ abdomen difus yang berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Dalam bab ini kedua peran tersebut akan dibahas, diikiuti oleh penjelasan rinci mengenai diabetes mellitus, suatu keadaan dimana hormone pancreas, insulin, tidak efektif dan tidak ada. Pancreatitis dan kaker pancreas akan dibahas secara singkat.
A. KONSEP FISIOLOGIS
FUNGSI EKSOKRIN PANKREAS
Fungsi eksokrin pancreas berkaitan dengan sintesis dan pengeluaran enzim-enzim pencernaan dan larutan natriumbokarbonat dari sel-sel pancreas. Sel-sel asinus pancreas membentuk enzim-enzim pencernaan dn bikarbonat. Setelah disintesis, enzim-enzim tersebut akan dikeluarkan dari asinus kedalam duktus pankreatikus. Dari sini, enzim-enzim tersebut mengalir melalui sfingter Oddi ke bagian pertama dari usus halus, duodenum. Enzim pancreas bertanggung jawab mencerna protein, lemak, dan karbohidrat di usus hakus.

Sekresi Enzim Pankreas
Sekresi enzim-enzim pancreas terutama berlangsung akibat perangsangan pancreas oleh kolesistokinia ( CCK ), suatu hormone yang dikeluarkan usus halus. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran CCK adalah adanya partikel makana yang masuk ke duodenum dalm campuran makanan dari lambung. Campuran makanan dari lambung di sebut kimus ( chime ).

Sekresi Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat dikeluarkan dari sel-sel asinus ke dalam dukuts pankreatikus ke usus halus, sebagai respon terhadap hormone usus halus kedua, sekretin. Sekretin di keluarkan dari usus halus sebagai respon terhadap kimus yang sangat asam yang datang dari lambung. Natrium bikarbonat menetralkan kimus yang asam tersebut dan berperan penting dalam pencernaan karena enzim-enzim pencernaan tidak berfungsi dalam lingkungan yang asam. Netralisai asam di duodenum juga melimndungi ddaerah ini dari cedera terhadap dinding mukosa oleh asam dan pembentukan tukak.

FUNGSI ENDOKRIN PANKREAS

Fungsi endokrin pancreas adalah memproduksi dan melepasakan hormone, insulin, glukosa, somatostatin. Hormone-hormon ini masing-masing diproduksi oleh sel-sel khusus yang berada di pancreas, yang disebut pulau Langerhans.

Sekresi Insulin
Insulin dilepaskan pada suatu tingkat/kadar basal oleh sel-sel beta pulau Langerhans. Ransangan utama untuk pelepasan insulin di atas kadar basal adalah peningkat glukosa darah. Kadar glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/100 ml darah. Apabila kadar glukosa darah meningkat melebihi dari 100 mg/100 ml darah, maka sekresi insulin dari pancreas dengan cepat meningkat dan kembali ke tingkat basal dalahm 2-3 jam. Insulin adalah hormone utama pada stadium absorptip pencernaan yang muncul segera setelah makan. Di antara waktu makan kadra insulin rendah.
Insulin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang terdapt di sebagian besar sel tubuh. Setelah berikatan, insulin bekerja mekerja melalui perantara kedua untuk menyebabkan penungkatan transportasi glukosa ( yang di perantarai oleh pembawa ) ke dalam sel. Setelah berada dalam sel,dapat segera di gunakan untuk menghasilkan energy melalui siklus Krebs, atau dapat disimpan dalam sel sebagai glikogen. Sewaktu glukosa dibawa masuk kedalam sel, kadar glukosa darah menurun. Hal ini adal;ah suatu contoh umpan balik negative seperti diperlihatkan pada gambar 1. Peningkatan glulosa plasma menyebabkan peningkatan insulin, yang akhirnya mengakibatkan kadar glukosa plasma menurun.


1. Stimulus: peningkatan glukosa darah
2.


Insulin merangsang transporasi glukosa

Pankreas
2. pengeluaran insulin



Penurunan glukosa darah
Sebagian besar sel tubuh
3.Transportasi glukosa ke dalam sel









Gambar 1. Siklus umpan balik yang memperlihatkan efek penerunan glukosa darah pada pengeluaran insulin

Pelepasan insulin juga di rasngsang oleh beberapa asam amino dan hormone pencernaan., CCK dan sekretin. Insulin adalah hormone anabolic ( pembangun ) utama pada tubuh dan memiliki berbagai efek. Insulin meningkatkan transportasi asam amino ke dalam sel, merangsang pembentukan protein, serta menghambat penguri\aian simpanan lemak, protein dan glikogen. Insulin juga menghambat glukoneogenesis ( pembentukan glukosa baru ) oleh hati.

Otak, Glukosa, Dan Insulin
Sel-sel otak adalah pemakai obligat glukosa dan glikogen untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan tidak memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa. Sel-sel otak dalam keadaan normal tidak menggunakan molekul lain, misalnya asam lemak bebas, untuk menghasilkan ATP dan menjalankan fungsi- fungsi mereka. Dengan demikian, glukoneogenesisi sangat penting. Apabila di antara waktu makan glukosa tidak dibentuk oleh hati, maka otak tidak akan mrmliki sumber energgi pengganti.

Sekresi Glukagon
Glucagon adalahsuatu hormone protein yang dikeluarkan oleh selsel alfa pulau langerhans senagai respon terhadap kadar glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam amino plasma. Glucagon adalah hormone pascaobsorptif pencernaan, yangmuncul dalam masa puasa di antara waktu makan. Fungsi hormone ini terutama adalah katabolic ( penguraian ) dan, secara umum, berlawanan dengan fungsi insulin. Glukagon bekerja sebagai antagonis insulin dengan menghambat perpindahan glukosa ke dalam sel. Glucagon merangsang glukoneogenesis hati danj penguaraian simpanan glikkogen untuk digunakan sebagai sumber energy selaqin glukosa. Glucagon merangsang pengiraian lemak dan pelepasan asam-asam bebas ke dalam darah, untuk digunakan sebagai sumber energy sealain glukosa. Fungsi-fungsi tersebut bekerja untuk menigkatkan kadar glukosa darah.

Sekresi Somatostatin
Somatostatin disekresikan oleh sel-sel delta pulau langerhans. Somatostatin
Juga disebut hormone penghambat pertumbuhan dan merupakan salah satu hormone hipotalamus yang mengontrol pelepsan hormone pertumbuhan dari hopofisis anterior. Somatostatin dari pancreas tampaknya memliki efek minimal pada pelepasan hormone pertumbuhan dari hipofisis. Hormone ini mengotrol metabolism dengan menghambat sekresi insulin dan glucagon. Fungsi lain dari hormone ini tidak diketahui.

B. KONSEP PATOFISIOLOGIS
HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia adalah glukosa darah yang kuramg dari 50 mg/100 ml darah. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh puasa, atau khususnya puasa yang disertai oleh olah raga, karena olah raga meningkatkan pemakian glukosa oleh sel-sel otot rangka. Namun hipoglikemia lebih sering disebabkan oleh kelebihan dosis insulin pada pengidap diabetes dependen-insulin.
Karenaq otak memerlukan glukosa darah sebagai sumber energy utamanya, maka hipoglikemia menyebabakan timbulnya berbagai gejala gangguan fungsi susunan saraf pusat ( SSP ) berupa konfusi, iritabilitas, kejang dan koma. Hipoglikemia dapat menyebabakan nyeri kepala, aqkibat perubahan aliran darah otak dan perubahan keseimbangan aliran air. Secara sistemis, hipoglikemia dapat menyebabkan pengaktivan system saraf simpatis yang merangsang rasa lapar, kegelisahan, berkeringat dan takikardia.

HIPERGLIKEMIA
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukossa daraha yang tingggi daripada rentang kadar puasa normal 80-90 mg/100 ml darah, atau rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah. Hiperglikemia biasanya disebabakan oleh defesiensi insulin, seperti di jumpai pada diabetes tipe I, atau karena penurunan responsivitas sel terhadap insulin, seperti di jumpai pada diabetes tipe II. Hiperlortisolemia, yang trjadi pada sondrom chusing dan sebagai respon terhadap stress kronik, dapat menyebabakan Hiperglikemia melalui perangsangan glukoneogenesis hati. Keadaan kut kelebihan hormone tiroid, prolaqktin, dan hormone perumbuhan dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah. Peningkatan kadar hormone-hormon tersebut dalam jangka panjang, terutama hormone pertumbuhan, dianggap diabetogenik ( menimbulkan diabetes ). Hormone-hormon tersebut meranghsang pengeluaran insuilin secara berlebihan oleh sel-sel beta pulau langerhans pancreas sehingga akhirnya terjadi penurunan respon sel terhadap insulin.
C. KEADAAN PENYAKIT AATAU CEDERA
DIABETES MELITUS
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang di tandai oleh ketiadaan obsolut insulin aatau isensitivitas sel terhadap insulin. Berdasarkan defenisi, glukkosa darah puasa harus lebih besar dari 140 mg /100 ml pada dua kali pemeriksaan yang terpisah agar diaognosis Diabetes melitus dapat di tegakkan.
Diabetes adalah kata yunani yang berarti mengairkan/ mengalihkan. Mellitus adalah kata latin untuk madu atau gula. Diabetes melitus adalan penyakit dimana seseorang mengeluarkan/mengalirkan sejumlah besar urin yang tersa manis. Paling sedikit terdapat tiga bentuk Diabetes melitus : tipe I, tipe II dan diabetes gastasional.

DIABETES MELITUS TIPE I
Diabetes melitus Tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat keadaan obsolut insulin. Keadaan terse but disebut Diabetes mellitus dependen insulin ( DMDI). Pengidap penyakit tersebut harus mendapat insulin pengganti. Diabetes melitus tipe I biasanya di jumpai pada orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30 tahun, dengan perbandingan laki-laki sedikit lebih baqnyak daripada wanita. Karena insiden diabetes tipe I memiuncak pada usia remaja dini, maka dahulu bentuk ini disebut sebagai diabetes jevenilis, namun diabetes tipe I dapt timbul pada segal usia.

Penyebab Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I di perkirakan timbul akibat destruksi otoimun sel-sel beta pulau langerhans yang di cetuskan oleh lingkungan. Serangan otoimun dapat timbul setelah terinfeksi virus misalnya gondongan ( mumps ), rubella, sitomegalivirus kronik, atau setelah pajanan obat atau toksin ( misalnya golongan nitrosamine yang terdapat pada daging yang diawetkan). Pada saat diagnosis diabetes tipe I di tegakkan, ditemukan antibody terhadap sel-sel pulau langerhans pada sebagian besar pasien.
Mengapa seseorang membentuk antibody terhadap sel-sel pulau langerhans tidak diketahui. Salah satu kemunkinan adalah bahwa terdapat suatu agen lingkungan yang secara antigenis mengubah sel-sel pancreas untuk merangsang pembentukan antibodi. Munkina juga bahwa para individu yang mengidap diabetes tipe I memiliki kesamaan antigen antara sel-sel beta pancreas mereka dengan virus atau obat tertentu. Sewaktu berespon terhadap virus atua obat tersebut, system imun gagal mengenali bahwa sel-sel pancreas adalah diri ( self ).

Kecenderungan Genetic Untuk Diabetes Mellitus Tipe I
Tampaknya terdapat pengaruh genetic untuk timbulnya diabetes mellitus tipe I. orang-orang tertentu munkin memeliki “ gen diabetogenik” yang berarti suatu profil genetic yang menyebabkan mereka rentan mengidap diabetes mellitus tipe I atau mungkin penyakit atoimun lainnya. Lokus-lokus genetic yang mewariskan kecenderungan untuk mengidap diabetes tipe I tampaknya merupakan bagian dari gen kompleks histokompatibilitas. Kompleks histokompatibilitas ini mengontrol pengenalan antigen-antigen oleh system imun. Gen-gen histokompatibilitas dikode di kromosom 6. Gen terkait insulin spesifik lainnya di kromosom 11 di duga berperan dalam pembentukan diabetes tipe I melalui efeknya pada pembentukan dan replikasi sel beta.

Karakteristik Diabetes Tipe I
Pengidap diabetes tipe I memperlihatkan penanganan glukosa yang normal sebelum penyakit muncul. Dengan munculnya diabetes tipe I, pancreas tidak atau sedikit mengeluarkan insulin. Kadar glukosa darah menngkat karena tanpa insulin glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Pada saat yang sama hati mulai melakukan glukoneogenesis ( sintesis glukosa baru ) menggunakan substrak yang tersedia berupa asam amino, asam lemak dan glikogena. Substrak-substrak ini mempunyai konsentrasi yang tinggi daalam sirkulasi karena efek katabolic glucagon tidak dilawan insulin. Hal ini menyebabkan sel-sel mengalami kelaparan walaupun kadar glukosa darah sangat tinggi. Hanya sel otak dan sel darah merah yang tidak kekurangan glukosa karena kedunya tidak memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa.
Senua sel lain kemudian menggunakan asam lemak bebas untuk menghasikan energy. Metabolisme asam lemak bebas di siklus Krebs yang menghasilkan ATP yang di perlukan untuk menjalankan fungsi sel. Pembentukan energy yang hanya memerlukan asam lemak menyebagbakan produiksi bernagai keton oleh hati meningkat. Keton bersifat asam sehingga pH plasma turun.

DIABETES MELITUS TIPE II
Diabetes Melitus Tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insensitvitassel terhadap insulin. Kadar insulin munkin sedikit sedikit atau berada dalam rentan normal.karena insulin tetap di hasilkan oleh selsel beata pancreas, maka diabetes melitus tipe II di anggap sebagai non insulin dependent diabetes mellitus ( NIDDM ). Diabetes melitus tipe II biasanya timbul pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun dan dahulu disebut sebagai diabetes awitan dewasa. Pasien wanita lebih banyak daripada pria.

Penyebab Diabetes Tipe II
Diabetes melitus tipe II tampaknya berkaitan dengan kegemukan. Selain itu pengaruh genetic, yang menentukan kemunkinan seseorang mengidap penyakit ini gukup kuat. Diperkirakan bahwa terdap suatu sifat genetic yang belum teridentifikasi yang menyebabkan pancreas mengeluarkan insulin yang berbeda atau menyebabkan insulin reseptor insulin atau perantara kedua tidak dapat berespon secara adekuat terhadap insulin. Rangsangan atas reseptor-reseptor tersebut dapat mentebabkan penurunan jumlah reseptor insulin yang terdapat di sel-sel. Hal ini disebut drownregulation. Mungkin pula individu yang menderita diabetes melitus tipe II oto antibody insulin yang berikatan dengan reseptor insulin. Menghambat akses insulin ke reseptor, tetapi tidak merangsang aktivitas pembawa. Individu tertentu yang menderita diabetes melitus tipe II pada usia muda dan memiliki berat yang normal atau kurus tampaknya mengidap diabetes yang lebih berat kaitannya dengan suatu sifat yang diwarislan.

Karakteristik Diabetes Tipe I
Individu yang mengidap diabetes melitus tipe II tetap menghasilkan insulin. Namun sering terjadi kelambatan dalam sekresi setelah makan dan berkurangnya jumlah total insulin yang dikeluarkan. Hal ini cenderung semakin parah seiring dengan pertambahan usia pasien.sel-sel, tubuh terutama se3l otot dan adipose, memperlihatkan resistensi terhadap insulin yang terdapat dalam darah. Pembawa glukosa darah tidak secar adekuat dirangsang dan kadar glukosa darah meningkat. Hati kemudian melakuakn glukoneogenesis serta terjadi penguaraian simpanan trigliserida, protein dan dan glkikogen untuk menghasilkan sumber bahan energy alternative. Hanya sel-sel otak dan sel darahg merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber energy efektif. Karena masih terdapat insulin maka individu dengan diabetes melitus tipe II jarang hanya mengandalkan asam-asam lemak untuk menghasilkan energy dan tidak rntan terhadap ketosinin.

Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes . sekitar 50% wanita mengidap kelainan ini akan kembali ke status non diabetes setelah kehamilan berakhir. Namun risiko menalami diabetes tipe II pada waktu mendatang lebih besar daripada normal.

Penyebab Diabetes Gestasional
Penyebab diabetes gestasional di anggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energy dan kadar estrogen dan hormone pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan. Hormone pertumbuhan dan estrogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran sekresi berlebihan insulin seperti diabetes tipe II yang akhirnya menyebabkan penurunan respositivitas sel. Hormone partumbuhan memilki memilki beberapa efek anti-insulin, misalnya perangsangan glikogenolisis ( pewnguraian glikogen ) dan penaguraian jaringan lemak. Semua factor ini mungkin berperan menimbulkan hiperglikemia pada diabetes gestasional. Wanita yang mengidap diabetes gestasional mungkin sudah memilki gangguan subklinis pengontrolan glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul.

Akibat Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional dapat menimbulkan efek negative pada kahamilan dengan meningkatkan risioko malformasi congenital, lahir mati dan bayi bertubuh besar yang dapt menimbulkan massalah pada persalinan. diabetes gestasional secara rutin di periksa pada pemeriksaan medis prenatal.



Peran Glukagon
Peran glucagon yang normal atausedikit menigkat pada keadaan kadar glukosa dan asam lemak darah yang sangat tinggi mengisyaratkan bahwa pengaturan pengeluaran glucagon juga terganggu.adanya glucagon dan efek kataboliknya serta ransangnanya terhadap glukoneogenesis sewaktu kadar glukosa darah telah tinggi .

Gambara Klinis Diabetes Melitus
· Poliuria ( peningkatan pengeluaran urin)
· Polidipsia ( peningkatan rasa haus ) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya yang menyebabkan dehidrasi esktrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi esktrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma yang hipertonik ( sangat pekak). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH dan menimbulkan rasa haus.
· Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energy. Gangguan darah yang dijumpai pada pasien diabetes lama juga berperan menimbulkan kelelahan.
· Polifagia ( peningkatan rasa lapar ) akibat keadaan pascaabsorbptif yang kronik, katabilisme protein dan lemak dan kelaparan relative relative sel-sel sering terjadi penurunan berat badan.
· Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi mucus, gangguan fungsi imun dan pen urunan aliran darah pada penderita diabetes kronik
Perangkat Diognostik
· Pemeriksaan darah memperlihatkan peningkatan glukosa darah lebih dari 140 mg/100 ml pada dua kali pengukuran yang terpisah. Gluikosa darah meningkat karena sebagian sel tidak dap memasukkan glukosa ke dalam sel tanpa insulin dan terjadinya peransangan glukoneogenesis
· Glukosa dalam urin dapat diukur. Penangana glukoda dalam ginjal bergantung pada transportasi yang di perantarai oleh pembawa. Glukosa difiltrasi secara bebas menembus kapiler glomerulus. Glukosa urin dalam keadaan normal adalah nol, apabila kadar glukosa lebih besar dari 180 mg/100 ml darah, seperti yang dapt terjadi pada diabetes maka pengangkut glukosa diginjal yanmg membawa glukosa keluar urin untuk kembali masuk ke darah yang mengalami kejenuahan. Dengan dmikian, pengangkut-pengangkut tersebut tidak dapt mengangkut glukosa lebih banyak. Setiap glukosa yang lebih besar dari 180 mg/100 ml akan keluar melalui urin. Pasien diabetes kronik munkin memiliki ambang ginjal untuk ekskresi glukosa yang sedikit lebih tinggi sampai 200 mg/100 ml darah, karena tubulus cenderung beradaptasi dan menyerap glukosa lebih efisien. Pada pengidap diabetes kronik, hal ini akan membebani ginjal, karena glukosa dalam urin memeilki aktivitas osmotic., maka air akan terhan dalam filtrate dan di ekskresikan bersama glukosa dalm urin sehingga terjadi poliuria.
· Keton dalam urin dapat diukur, terutama pada individu dengan diabetes tipe I yang tidak terkontrol
· Peningkatan hemoglobin terglikolisasi. Selama 120 hari masa hidup sel darah merah, hemoglobin secara lambat dan reversible mengalami glikolisasi ( mengikat glukosa ). Dalam keadaan normal sekitar 4-6 % hemoglobin sel darah merah terglikolisasi. Apabila terdapatperosmotik biasanya di jumpai pada orang tua pengidap diabetes setelah konsumsi makanan tinggi karbohidrat
· EFEK SOMOGYI di tandai oleh penurunan unik kadar glukosa darah pada malam hari diikuti oleh peningkatan rebound pada pagi hari. Penyebab hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaaitan denagan penyintikan insulin di sore hari. Hipoglikemia itu sendiri kemudian menyebabkan peningkatan glukosa, katekolamin, kortisol, dan hormone pertumbuhan. Hormone-hormon ini merangsang glukoneogenesis sehingga pada pagi harinya terjadi hiperglikemia. Pengobatan untuk efek somogyi ditujukan untuk memanipulasi penyuntikan insulin sore hari sesdemikian sehingga tidak menimbulkan hipoglikemia. Intervensi diet juga dapat mengurangi efek somogyi
· FENOMENA FAJAR ( dawn phenomenon ) adalah hiperglikemia pada pagi hari ( antara jam 5-9 ) yang tampaknya disebabkan oleh sirkadian kadar glukosa pada pagi hari. Phenomena dapt kita jumpai pada pengidap diabetes tioe I/ tipe II. Hormone-hormon yang memperlihatkan variasi sirkadian pada pagi hari adalah hormone kortisol dan hormone pertumbuhan, dimana keduanya merangsang gluoneogenesis. Pada pengidap diabetes tipe II juga dapat terjadi penurunan sensitivitas terhadap insulin pada pagi hari, baik sebagai variasi sirkardian normal atau sebagairespon terhadap hormone pertumbuhan atau control.
Komplikasi Jangka Panjang
Terdapat banyak komplikasi jangka panjang pada dibetes mellitus. Sebagian besar tampaknya di sebabkan oleh tingginya konsentrasi glukosa darah , dan berperan menyebabkan morbiditas dan m,ortalitas penyakit. Komplikasi-komplikasi tersebut mengenai hampir semua organ tubuh
· SISTEN KARDIOVASKULAR di pengaruhi oleh diabetes mellitus kronik. Terjadi kerusakan mikrovaskuler di arteriol, akpiler dan venula. Kerusakan makrovaskuler terjadi di arteri besar dan sedang. Semua organ dan jaringan di tubuh akan terkena akaibat gangguan mikro- dan makrovaskuler ini
Komplikasi mikrovaskuler terjadi akibat penebalan membrane basal pembulh-pembulh kecil. Penyebab penebalan tersebut tidak di ketahui, tetapi tampaknya berkaitan langsung dengan tingginya kadar glukosa darah. Penebalan mikrovaskuler menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran oksigen dan zat-zat gizi ke jaringn. Selain itu hemoglobin terglikosilasimemilki afinitras terhadap oksigen yang tinggi sehingga oksigen terikat lebih ewrat ke molekul hemoglobin. Asidosis menyebabkan penerunan 2,3-difosfogliserat ( 2,3-DPG) sel darah merah, yang juga menyebabkan peningkatan afinitas hemoglobin terhadap oksigen sehingga semakin kecil kemunghkinan jaringan teroksigenasi secara adekuat.
Hipoksia kronik yang terjadi dapat secara langsung merusak atau menghancurkan sel. Hipoksia kronik dapat menyebabkan timbulnya hipertensi karena jantung dipaksa meningkatkan curahnyasebagai susaha untuk menyalurkan oksigen ke jaringan yang iskemik. Ginjal, retina dan system syaraf perifer, termasuk neuron sensorik dan motoril somatic, sangat di pengaruhi oleh gangguan mikrovaskuler diabetes. Sirkulasi mikrovaskuler yang buruk akan mengganggu reaksi imun dan peradangan karena kedua hal ini bergantung pada perfusi jaringan yang baik untuk menyalurkan sel-sel imun dan mediator-mediator peradangan.
Komplikasi makrovaskuler timbul terutama akibat aterosklerosis. Komplikasi makrovaskuler ikut berperan menyebabkan gangguan aliran darah, timbulnya penyakit jangka panjang dan peningkata mortalitas.
Pada penderita diabetes, terjadi kerusakan pada jaringan endotel arteri. Kerusakan dapat terjadi secara langsung oleh tinggginya kadar glukosa dalam darah, metabolit glukosa, atau tingginya kadar asam lemak dalam darah yang sering di jumpai pada pasien-pasien diabetes. Akibat kerusakan tersebut, permeabilitas sel endotel meningkat sehingga molekul-molekul yang mengnadung lemak masuk ke dalam arteri. Kerusakan sel endotel akan mencetuskan reaksi imun dan peradangan sehingga akhirnya terjadi pengendapan trombosit, makrofag, dan jaringna fibrosa. Sel-sel otot polos berproliferasi. Penebalan dinding arteri menyebabkan hipertensi, yang semakin merusak lapisan endotel arteri karena menimbulkan gaya yang merobek sel-sel endotel. Efek vaskuler yang di timbulkan dari diabetes kronik : penyakti arteri kroner, strok, dan penyakit vaskuler perifer.

· PENYAKIT ARTERI KORONER pada diabetes sangat luas, dan sering menimbulkan kematian terutama pengadap diabetes tipe II.
· STROK atau cerebral vascular accident adalah akibat diabetes yang sering dijumpai terutama diabetes tipe II ini terjadi karena aterosklerosis pembuluh-pembuluh otak dan hipertensi yang menyebabkan pembulu menajdi lemah dan akhirnya menjadi lemah.

· PENYAKIT VASKULER PERIFER timbul akibat aterosklerisis yang berat dan berperan menyebabkan amputasi pada para pengidap diabetes mellitus.
· GANGGUAN PENGLIHATAN adalah komplikasi jangka panjang yang sering di jumpai pada pengidap diabetes mellitus. Ancaman yang paling serius terhadap penglihatan adalah retinopati, atau kerusakan pada retina karena tidak mendapatkan oksigen. Retian adalah jaringan yang sangat aktif bermetabolisme dan pada hipoksia kronik akan mengalami kerusakan secara progresif dalam struktur kapilernya, membentuk mikroaneorisma dan memperlihatkan bercak-bercak perdarahan. Timbul daerah-daerah infark ( jaringan yang mati ) diikuti oleh neovaskularisasi ( pembentukan pembuluh baru ) bertunasnya pembuluh-pembuluh lama dan pembentukan jaringan parut, akhirnya timbul edema interstisial dan tekanan intraokulus neningkat, yang menyebabkan kolpasnya kapiler dan saraf yang tersisa sehingga terjadi kebutaan. Diabetes juga berkaitan dengan peningkatan pembentukan katarak dan gloukoma.
· KERUSAKAN GINJAL akibat diabetes mellitus yang kronik sering di jumpai. Di ginjal, yang paling parah mengalami kerusakan adalah glimerulus walaupun arteriol dan nefron juga terkena. Akibat hipoksia yang berkaitan dengan diabetes jangka panjang, glomerulus, seperti sebagian besarkapiler lainnya, menebal. Lesi-lesi sklerotik nodular yang disebut nodul Kimmelstie-wilson, terbentuk di glomerulus sehingga semakin menghambat aliran darah. Terjadi hipertropi ginjal akibat peningkatan kerja yang harus dilakukan oleh ginjal pengidap diabetes kronik untuk menyeraop ulang glukosa.
· Pada pengidap diabetes tipe II, terjadi proteinuria ( bocornya protein ke dalam urin ). Proteinuria menyebabkan penurunan protein dalam plasma dan penurunan tekanan onkotik ( protein ) kapiler. Hal ini menyebabkan penurunan gayagaya yang mendororng reabsorpsi cairan dari ruang interstisium kembali ke kapiler. Edema generalisata, yang di sebut anasarka, menyebabkan penekananterhadap kailer-kepiler kecil dan saraf-saraf yang semakin memperberat hipoksia jaringan dan kerusakan saraf. Ginjal mulai mengalami perburukan yang cepat sehingga timbul kelebihan beban cairan dan hipertensi. Dengan memburuknya fungsi ginjal, kewmampuan mensekresi ion-ion hydrogen ke dalam urin menurun. pH plasma turun sehingga timbul asidosis metabolic. Penurunan pembentukan vitamin D oleh ginjla menyebabkan penguraian tulang. Penurnan pembentukan eritropoietin oleh ginjal menyebabkan defesiensi sel darah merah dan anemia. Filtrasi glomerulus turun secara drastic dan dapat timbul gagl ginjal.
· SISTEM SARAF PERIFER, termasuk komponen sensorik dan motorik divisi somatic dan otonom, mengalami kerusakan pada diabetes mellitus kronik. Penyakit saraf yang di sebabkan oleh diabetes mellitus disebut neuropati diabetes. Neuropati diabetes oleh hipoksia kronik oleh sel-sel saraf. Sel-sel penunjang saraf, sel sechwann mulai menggunakan metode-metode alternative untuk menangani beban peningkatan glikosa kronik, yang akhirnya menyebabkan demielinisai segmental saraf-saraf perifer. Demielinisai menyebabkan perlambatan hantaran saraf dan berkuarangnya sensitivitas. Hilangnya sensasi suhu dan nyeri meningkatkan kemungkinan pasien cederah yang parah dan tidak disadari. Cedera semacam itu ditambah gangguanaliran darah dan system imun, merupakan alasan mengapa pasien diabetes mellitus , selain trauma adalah penyebab nomor satu amputasi kaki di Amerika serikat.
· Kerusakan pada saraf otonom perifer dapat menyebabkanhipotensi postural, perubahan fungsi gantrointestinal, gangguang pengosongan kandung kemih, disertai infeksi kandung kemih dan inpotensi pada pria.
Sebagian komponen neuropati diabetes bersifat reversible atau dapat di cegah dengan control glukosa darah yang baik, sebagian lagi tidak. Hal ini mengisyaaratkan bahwa pada diabetes terjadi melanisme-mekanisme lain selain yang berkaitan denganpenigkatan kadar glukosa darah, terutama di jaringan saraf.

Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan diabetes mellitus adalah secara konsisten menormalkan kadar glukosa darah dengan variasi minimum. Penelitia-penelitian terakhir mengisyaaratkan bahwa mempertahankan kadara glukosa darah senormal dan sesring mungkin dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian. Tujuan ini dicapai melalui berbagai cara, yang masing-masing disesuaikan secara individu.
· Insulin
Pengidap diabetes tipe I memerlukan teraspi insulin. Tersedia berbagai jenis insulin dengan aasala dan kemurnian yang berbeda-beda. Insulin juga berbeda-beda dalam aspek saat awitan kerja, waktu puncak kerja, dan lam kerja. Walaupun penyuntikan insulin biasa diberikan secara subkutis 3-4 kali sehari setelah kadar glukosa darah basal di ukur, namun pengobatan diabetes tipe Imasa depam kemungkinan besar akan ditujukan kea rah yang lebih sering. Tersedia pompa insulin subkutis yang dapat di program untuki melepaskan sejmlah tertentu insulin dalam interval waktu tertentu per hari. Apabial di rencanakan perubhan terhadap jadwal rutin, maka pompa tersebut dapt di program untuk meningkatkan atau mengurngi sejumlah injsulin yang di lepaskan. Pompa insulin memilki keunggulan yaitu tidak di perlukan penyuntikan, suatu pertimbangan penting bagi pengisdap diabetes dan terutma anak-anak. Kekurangan pompa adalah kemungkinan kesalahan pemprograman sehinggaterjadi hipoglikemia atau hiperglikemia, serta kerusakan pompa yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu terdapat bahaya infeksi mengingat gangguan aliran darah dan penurunan system imun yang terjadi pada sebagian besar pasien diabetes. Pompa tersebut juga sangat mahal.
Pengidap diabetes tipe II, walaupun tidak dianggap tidak bergantung insulin, juga dapat memperoleh mamfaat dari terapi insulin. Pada pengidap diabetes tipe II, mungkin terjadi defisiensi pelepasan insulin atau insulin yang dihasilkan kurang efektif karena mengalami sedikit perubahan. Pengidap diabetes tipe II lain dpt diobati dengan obat-obat hipoglikemik oral. Obat-obat ini dapat digunakan secara efektif hanya apabila individu memperlihatkan sekresi insulin. Obat-obat ini tampaknya bekerja dengan merangsang sel-sel beta pancreas untuk menigkatkan pelepasan insulin dan menigkatkan kepekaan reseptor insulin sel. Obat-obat ini juga tampaknya mengurangi glukoneogenesis oleh hati. Obat-obat hipoglkikemia oral berbeda-beda dalm aspek awitan kerja, waktu untuk mencapai kerja puncak, dan lam kerja. Obat-obat ini di intrakondisikan bagi individu dengan penyakit ginjal.
· PENDIDIKAN DAN KEPATUHAN TERHADAP DIET adalah komponen penting lain pada pengobatan diabetes tipe I dan II. Rencana diet diabetes dihitung secara individual bergantung pada kebutuhan pertumbuhan, rencana penurunan berat ( biasanya untuk pasien diabetes tipe II ), dan tingkat aktivitas. Distribusi kalori biasanya 50-60 % dari karbohidrat kompleks, 20% dari protein, dan 30% dari lemak. Diet juga mencakup serat, vitamin dan mineral. Sebagia pasien diabetes tipe II pengalami pemuihankadar glukosa darah mendekati normal hanya denagn intervensi diet karena peran factor kegemukan.
· PROGRAM OLAH RAGA, terutam untuk pengudap diabetes tipe II, adalah intervensi terapetik ketiga untuk diabetes mellitus. Olah rag di gabung dengan pembatasan diet, akan mendorong penurunan berat dan dapat meningkatkan kepekaan insulin. Untuk kedua tipe diabetes, olah raga terbukti dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel sehingga kadar glukosa darah turun. Olaa raga juada dapat meningkatkan kepekaan sel terhadap insulin.
Pengidap diabetes tipe I harus berhati-hati sewaktu berolah raga karena dapat terjadi penurunan gluosa darah yang mencetuskan hipoglikemia. Hal ini terjadi terutam apabila pemberian insulin tidak disesuaikan dengan program olah raga.
· PENCEGAHAN: Untuk ketoasidosis diabetes, aspek perawatan terpenting adalah pencegahan. Hal ini berupa pemantauan kadar glukosa darah yang cermat dan diet, terutama pasa saat-saat stress atau sakit. Apabila timbul, maka ketoasidosis diabetesdi terapi dengan pemberian insulin dan tindakan-tindakan untuk menyeimbangkan cairan dan elektrolit.
· PEMBERIAN CAIRAN: Koma nonketotik hiperglikemik hiperosmolar di terapi dengan pemberian cairan dalam jumlah besar dan koreksi lambat terhadap deficit kalium. Kejadian ini dapat di cegah dengan control diet yang baik.
· INTERVENSI FARMAKOLOGIS yang dipertimbangkan untuk diberikan bagi pasien diabetes adalah obat-obat antihipertensi. Obat-obat antihipertensi telah dibuktikan mengurangi hipertensi pada pasien diabetes dan memperlabat awitan penyakit ginjal.
· PENGGANTIAN SEL PULAU LANGERHANS: kemajuan mutakhir dalam tekhnik-tekhnik penggantian pulau langerhans memungkinkan lebih dari 3000 orang di seluruh dunia di terapi denagn transplantasi sel pulau langerhans. Pengobatan cara ini memberikan harapan bagi penyembuahn diabetes di masa mendatang.
· INSERSI GEN UNTUK INSULIN: saat ini juga dilakukan eksperimen-eksperimen pendahuluan yang dirancang untuk memungkinkan insersi gen insulin kepada pengidap diabetes tipe I.

Sabtu, 28 Maret 2009

CHEFALGIA

A. PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepal tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)


C. PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
 Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
 Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
 Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.
 Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
 Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster headache) dan radang (arteritis temporalis)
 Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada spondiloartrosis deformans servikalis.
 Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.
 Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.


D. MANIFESTASI KLINIS
a. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
 Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
 Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
 Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang panjang.

b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.

c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.


E. PENGKAJIAN
Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit kepala.
 Data Subyektif
a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c. Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.
e. Awal serangan sakit kepala.
f. Ada gejala prodomal atau tidak
g. .Ada gejala yang menyertai.
h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j. Ada alergi atau tidak.

 Data Obyektif
a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d. Suhu badan
e. Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:
a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.
b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis.
h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.
j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.


F. DIAGNOSTIK
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.



G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.


H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.
Intervensi:
a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan
b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal : berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.
c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau trauma.
d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.
e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f. Evaluasi perilaku nyeri
g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas, penurunan berat badan.
h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi diri.
i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi, pasangan/keluarga
j. Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
n. Berikan kompres dingin pada kepala.
o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
s. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi.

2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi.
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat diajarkan.
b. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
c. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.
f. Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
Intervensi ;
a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi
d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan , makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.
e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
f. Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan bersenang-senang.
g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.
h. Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor yang berhubungan atau faktor presipitasinya.
j. Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk
k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan terapi medis









DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untukPerencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi, Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.
6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. EGC, Jakarta

gizi pada anak

PEMENUHAN GIZI PADA BAYI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

SUWITTO
Ilmu Keperawatan Anak
Jurusan S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

ABSTRAK
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah memperbaiki status gizi bayi dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan gizi anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan menyusui secara eksklusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping ASI ( MP-ASI ) kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun .
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tdak kalah pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang manfaat ASI .

Kata kunci: Pengetahuan, manfaat, gizi, ASI ekskusif, MP-ASI.


PENDAHULUAN

"Hak anak yang harus dipenuhi orang tuanya ialah mengajarnya menulis, berenang, melempar, dan memberi rizki yang baik"

Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang yang dialami anak-anak sejak usia dini.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat ini di Indonesia adalah kurang kalori, protein hal ini banyak ditemukan bayi dan anak yang masih kecil. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi .
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar 4 - 6 bulan Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras. ASI merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi. Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap. Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama .
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan keuntungan menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau susu formula. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.
Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on Infant and Young Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 (dua) tahun adalah:
1. Inisiasi menyusu dini dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir
2. Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan
3. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6 bulan
4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Penelitian Gareth Jones, dkk, mengemukakan bahwa menyusui dapat mencegah 13% kematian balita, sedangkan Karen M. Edmond, dkk, dalam penelitian di Ghana menyatakan bahwa 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat ASI pada hari pertama, dan angka tersebut meningkat menjadi 22% bila bayi melakukan inisiasi menyusu dini dalam 1 jam pertama setelah lahir .
Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif, Departemen Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan, dan semua tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI secara eksklusif.


TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Air Susu Ibu ( ASI )
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya . Sedangkan ASI eksklusif adalah perilaku dimana hanya memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sampai umur 4-6 bulan tanpa makanan dan ataupun minuman lain kecuali sirup obat. Bahkan dalam al-qur’an jauh sebelumnya telah memerintahkan kepada semua ibu agar senantiasa memberikan/ menyusui anak-anak mereka dalam waktu tententu. Sebagaimana firman Allah:

         •  ....
“ Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”

ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
Manfaat Asi Bagi Bayi Dan Yang Menyusui
ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut :
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang bermanfaat untuk:
o Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
o Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
o Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
o Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 4 - 6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
f. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
g. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada bayinya.
h. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
i. Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
j. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
k. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberpa bulan (menjarangkan kehamilan)
l. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

Produksi ASI
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak. Kelebihan dari ASI ini adalah :
o Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, dari masa laktasi.
o Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
o Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan
o Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.
o Lebih banyak mengandung protein, colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
o Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
o Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI Mature.
o Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml colostrum.
o Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.
o Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
o PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
o Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan ASI Mature.
o Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi menjadi krang sempurna, yang akan menambah kadar antobodi pada bayi.
o Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
a. Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.
b. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.
c. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin tinggi.
d. Volume semakin meningkat.
3. Air Susu Mature
a. ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
b. Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang mengatakan pada ibu yangs ehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertamabagi bayi.
c. ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untu bayi.
d. Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan karotin.
e. Tidak menggumpal bila dipanaskan.
f. Volume: 300 – 850 ml/24 jam
g. Terdapat anti mikrobakterial faktor, yaitu:
• Antibodi terhadap bakteri dan virus.
• Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
• Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
• Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
• Faktor resisten terhadap staphylococcus.
• Complecement ( C3 dan C4)
Volume Produksi ASI
Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menysusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi seringkali ditemukan “merasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang hanya diberi ASI.
Pemberian Makanan Tambahan
ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi baru lahir. ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Namun setelah berumur 4-6 bulan, kebutuhan gizi bayi meningkat sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang tidak seluruhnya di penuhi oleh ASI saja. Setelah berumur 4-6 bulan, secara berangsur-angsur perlu diberikan makanan tambahan berupa sari buah atau buah-buahan segar, makana lumat, akhirnya kanan lembek. Pola pemberian makanan bayi 0-12 bulan berdasarkan umur seperti pada table berikut:

Tabel. 1. Pola Pemberian Makanan Pada Bayi Menurut PERSAGI
Jenis Makanan Umur Bayi ( Bulan)
0-4 5-8 9-12
ASI x x
Buah x X
Makanan Lunak X
Makanan Lembek X

Sedangkan pola pemberian ASI/makanan pendamping (MP-ASI) yang dianjurkan DEPKES seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel.2. Pola Pemberian MP-ASI Pada Bayi Menurut DEPKES
Golongan umur
( bulan) pola pemberian ASI/makanan pendamping (MP-ASI)
MP-ASI
ASI Makanan lumak Makanan lembek Makanan keluarga
0 – 4 X
4 – 6 X X
6 – 12 X x
12 - 24 x x

Oleh karena itu untuk menanggulangi masalah pemenuhan kebutuhan gizi bayi pada kondisi masyarakat seperti sekarang ini di perlukan alternative pemecahan masalah, agar tgepenuhi kebutuhan gizi bagi bayi. Pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendamping ASI harus disesuaikan dengan umur bayi. Pada kondisi ekonomi saat sekaran ini alternative lain sebagai pengganti ASI perlu di kembangkan seperti pembuatan susu kedelai.
1. Pentingnya pemberian makanan tambahan
Pentingnya pemberian makanan tambahan pada bayi menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia ( PERSAGI ) antara lain:
a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang dalam ASI
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai arasa dan tekstur.
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menlam
d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energy yang tinggi.
2. Cara memberikan makanan tambahan
a. Diberikan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari bentuk yang encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental.
b. Makanan baru diperkenalkan satu per satu dengan memperhatiakn bahwa makanan benar-benar diterima dengan baik.
c. Cara memberikan makanan pada bayi dipengaruhi oleh perkembangan emosionalnya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pemberian ASI
Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tamabahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya, reflek tersebut adalah:
1) Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
2) Let-down Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemebrian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.
d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.

e. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Apabila pemikiran tentang menyusui dianggap tidak sopan dan memalukan , maka “let down reflex” (reflex keluar) akan terhambat. Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusuan, maka pengisapan akan tidak terbatas dan “du demand” (permintaan) akan menolong pengeluaran ASI. Alasan lain ibu – ibu tidak menyusui bayinya adalah karena ibu tersebut secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanya merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya.













PENUTUP
KESIMPULAN
 Air Susu Ibu (ASI) adalah anugerah Tuhan untuk bayi yang tidak dapat digantikan oleh makanan atau minuman apapun. Hanya ASI yang dapat memenuhi semua kebutuhan bayi untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. ASI aman, bersih dan mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai macam penyakit dan infeksi. Lebih dari itu, ASI tersedia setiap saat dan gratis sehingga tidak merepotkan ibu untuk memberikannya.
 Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harus diberikan pada bayi sampai bayi berusia 4 - 6 bulan tanpa makanan pendamping.
Dalam pemenuhan kebutuhan gizi bayi bahwa adanya kecenderungan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: makanan ibu, ketentraman, jiwa dan pikiran, Pengaruh persalinan dan penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesterone, perawatan payudara
 ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.
SARAN
 Perlu adanya peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI cukup
 Hendaklah seorang menyusui anaknya dari umur 4 bulan sampai dia berumur 24 bulan, bagi siapa yang ingin menyempurnakannya. Karena pada umur 6 bulan pertama lebih banyak dibutuhkan gizi bagi bayi untuk pertumbuhannya.




DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Al-Hadits
Almatsier, Sunita. 2004. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Amalia, Laiala. 1995. “Faktor –Faktor Yang Berhubungna Dengan Praktek Penberian Makanan Tambahan Pada Bayi 0 -6 Bulan Di Jakarta Tahun 1993”.__
Departemen Gizi Dan Kesmas FKM UI. 2008.” Gizi Dan Kesehatan Masyarakat”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Departemen Kesehatan RI.2007. “ Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui”, Jakarta: Depkes RI.
Irianto, Djoko pekik. 2006. “ Penilaian Status Gizi”, Yogyakarta: FK UNY
Irianto, Djoko pekik. 2007. “Panduan Gizi Lengkap Keluarga Dan Olahragawan”, Yogyakarta: ANDI
Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2007. “ Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga”, Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Moehji, Sjahmien. 1992. “Ilmu Gizi”, Jakarta: Bhratara
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. “ Kesehatan Masyarakat: Ilmmu Dan Seni”, Jakarta: Rineka Cipta
Staf pengajar Ilmu Kesehatan anak UI. 1985. “Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1”, Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak UI
Staf pengajar Ilmu Kesehatan anak UI. 1985. “Buku kuliah Ilmu Kesehatan Anak 3”, Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak UI
Taslim , Nurpudji A.2009.” Kontroversi seputar gizi buruk : Apakah Ketidak berhasilan Departemen Kesehatan?”, http://www.gizi.net/makalah/Kontroversi-giziburuk-column.pdf.